Cerpen

Jauh – Part 2

Januari 2012, di awal tahun yang sangat baru. Saat itu dunia mimpi, belum berakhir.

” Re, jadi… abis SMA ini, elo mau kemana?” Tanya Vian sambil sedikit berjinjit membawa teh hangat agar tidak tumpah
“..Betapa hancurnyaaa, HATII DAN JIWAKUU HWOOO !!”

Reva masih betah mainin gitarnya sambil nyanyi lagu Betapa-nya Sheila on 7, tapi liriknya nggak jelas, kumpulan tisyu terlihat menumpuk udah nggak terhitung lagi banyaknya. Vian mendekat, mengantarkan secangkir teh hangat yang baru ia buat di dapur.

“Nih Re, elo mesti minum dulu. udahlah Re, lagian Cowok kayak dodi aja lo tangisin.. nih dengerin gue ya..”

Vian memegang wajah sahabatnya itu dan memandangnya lekat-lekat,

” Elo bentar lagi bakal duduk dan masuk ke fase baru di hidup lo, yaitu perkuliahan. Saran gue lo persiapin baik-baik, karena disana dunia lo bukan lagi ngegangguin gue, ngerepotin gue, minta anter gue.. lo bakal jadi mahasiswi bentar lagi”

“…” Vian dan Reva beradu pandang, hening, sebelum..

BUAGHH !!!, satu pukulan mendarat telak di bahu Vian,

“Ihh lo ya Yan, kan gue masih sedyiiih.. elo masih bisa-bisanya jahatin gueeeeee “

“kwkwkwk, lagian lo galau terus daritadi. Noh udah jam 4 sore, nanti tante Nirah nyariin lo lagi, bisa-bisa gue disalahin dikira ngebawa lo kabur”

“Najisss”

“Eloo, lebaay, putus aja nangis hahahaha”

“VIAAAAAANNNN”

” Yaudah lo siap-siap sana, gue anterin. Motor udah gue panasin di depan, Re. jangan lupa baju lo masih basah tadi kena hujan

” Iya, Yan.. thanks ya, gue benci banget sama Dodi, Yan. Dia setega itu nyelingkuhin gue sama si Neni, yang gue fikir gue bisa dateng ke prom night dan perpisahan manis-manis bareng diaa, eeh gue malah nerima kebalikannya, nggak habis fikir gue Yaan” Reva mengomel panjang lebar sambil bersungut, sesekali ekspresinya ngebuat Vian serasa ada di ajang tahan tawa.

” Re ” Panggil Vian ke cewek di sebelahnya

” Hm? lo pasti mau nyalahin gue karena nggak denger saran dari lo lagi Yan?”

” Enggak2, suudzon aja kerjaan lo Re ”

” Teruus? ” Katanya manja, kali ini Reva udah bersiap mendengarkan apa yang ingin Vian katakan

” Re, kita nggak akan pernah bisa nebak hati seseorang Re, atau berharap lebih dari seseorang. Tanpa lo sadari sih, lo malah seharusnya bersyukur ” Vian membetulkan posisi duduknya, kali ini ekspresinya terlihat lebih serius

” Elo ditunjukin kebenarannya sekarang, kalo besok, atau nanti lo udah bareng dia lama, lo bakal lebih hancur dari saat ini, cinta lo sama dia nih nggak lebih dari sekedar cinta monyet, Re.”

” Enak aja cinta monyet, emang lo yan nggak pernah pacaran” Srottt, Reva menyeka ingusnya

” Soktau lo, gue suka sama satu cewek, Re. tapi untuk saat ini gue enggan pacaran, atau nyatain perasaan gue sama dia, Re”

” hm, Kenapa, Yan? “

” Rasanya belum, Re. Belum-belum”

” Masa sih yan? lo nunggu apa dong? kasian juga ya itu cewek, siapa si kasih tau dong Yann”

” Ciee, penasaran loo? Ra-ha-siaaaa” ledek Vian

” Ihh, Cantikan mana sama gue Yan, sekali. lo harus ja-waaaapp”

” Hhh.. cantikan dia lah, dia nggak suka mukul kek lo, terus lembut, terus saba..”

Buaggghh,

” Kok lu jadi banding-bandingin gue sama dia sih Yan, Jahatttt”

” Hahahaa, elo juga aneh. kenapa jadi gue topiknya Monyettt hahaha”

” Iya juga ya Yan hahahhha, muka lo keliatan bego banget lagi, merah gituu haahahaha”

Reva dan Fian ketawa bareng, menyadari bahwa mereka adalah dua orang yang sama-sama punya masalah soal percintaannya,

” Yaa.. setidaknya lo punya gue, Re” celetuk Vian sambil menatap mata Reva dalam-dalam

“….”

” Yan?”

” Hm?” Jawabnya tercekat

” Jangan pernah pergi ya, sampai kapanpun? “

hhh.. Vian mengehala napas panjang, lalu tersenyum, manis sekali.

” Iya, Re.. gue bakal terus ada disamping lo, “

” Sebagaiii? ” Tanya Reva

” Sebagaaii.. ng.. ” Vian mendadak bego mendengar pertanyaan spontan Reva

” Sebagaaaai Viaaan Jeleeeekkk, elo kok jelek si Yan. Hahahahaa “

” Dodooll lo, udah nangisnya? yuk gue anter pulang Re, gue kangen sama Omelette tante Nirah hwehehe”

” Mau kau itu, Yuk anter gue balik Yan”

Langit sore pasca hujan deras menjadi oranye kelabu, sambil gerimis masih menetes tipis. Reva dan Vian melaju pelan diatas motor.

“To Be Continued”

Leave a comment